Kediri,Montera.co.id–Perayaan Hari Pahlawan 10 November di Kelurahan Tosaren, Kediri, tahun ini terasa istimewa dengan gelaran karnaval budaya bertema “Bersatu dalam Keberagaman, Guyup dalam Budaya, Mbak Dinamu Mbak Dinaku.” Acara ini bukan sekadar pawai, melainkan sebuah manifestasi dari aspirasi masyarakat yang diwadahi oleh anggota Dewan, Dinaya Kristan.
Dinaya Kristan, Minggu (7/12/2015), yang diwawancarai di sela-sela acara pagi itu, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian acara yang bersumber langsung dari jaring aspirasi masyarakat.
“Ini memang serangkaian acara saya yang lagi-lagi dari jaring aspirasi masyarakat, yang masyarakat itu berkeinginan untuk menampilkan budaya khususnya di Kelurahan Tosaren,” ujar Dinaya.
Barongsai Hingga Kelompok Jaranan
Jika dua tahun lalu pagelaran diwarnai dengan kesenian Gramben, tahun ini, Dinaya dan panitia menyuguhkan tontonan yang kaya keberagaman. Secara spesial, karnaval dibuka dengan penampilan Barongsai dari salah satu Klenteng di Kediri.
”Spesial perform nanti ada Barongsai dari Klenteng, karena Barongsai juga merupakan budaya… yang tahun ini kita menampilkan Barongsai,” jelas Dinaya, menegaskan bahwa kesenian Tionghoa ini juga merupakan bagian integral dari budaya Kediri.
Tidak hanya Barongsai, karnaval ini menjadi panggung bagi 46 kelompok peserta. Sebanyak 40 kelompok berasal dari Kelurahan Tosaren sendiri, ditambah enam kelompok partisipan dari luar, seperti Tinalan, Pak Kunden, dan paguyupan budaya lainnya. Bahkan, Dinaya menyebutkan adanya dua kelompok jaranan yang turut berpartisipasi, menampilkan regenerasi budaya dengan keikutsertaan anak-anak.
Tanpa Lomba, Mengutamakan Kreasi
Menariknya, karnaval budaya ini sengaja tidak diperlombakan. Dinaya memiliki alasan kuat di balik keputusan tersebut.
”Oh enggak, kita enggak diperlombakan, biar semua mengeksplor masing-masing lingkungannya seperti apa. Nanti kalau dilombakan itu nanti menjadikan persaingan, jadi kreasi masing-masing lingkungan nanti bagaimana,” tegasnya.
Tujuannya adalah mendorong eksplorasi dan kreativitas murni dari setiap lingkungan tanpa tekanan kompetisi, menjadikannya sarana pelestarian budaya yang autentik.
Rute karnaval dimulai dari Kelurahan Tosaren, mengarah ke timur menuju Lampu Merah, lalu ke barat melalui Jalan Lejen S. Parman, kemudian belok ke barat di perempatan Baruna, dan berakhir (finish) di lapangan Bola Voli setelah melewati lingkungan Ketaudan.
Dinaya Kristan menekankan bahwa suksesnya acara ini juga berkat kerja keras masyarakat dan panitia, termasuk Ketua POKMAS Pak Tony dan Ketua Panitia Pak Azhar, yang bahu-membahu membantu merealisasikan aspirasi budaya warga Tosaren.
Karnaval ini membuktikan bahwa semangat kepahlawanan dapat dihidupkan melalui komitmen untuk merayakan dan melestarikan kekayaan budaya lokal, merangkul semua elemen dalam bingkai “Guyup dalam Budaya.”(Dan/Ali)







