Kediri,Montera.co.id – Hasil survei nasional yang mencengangkan, di mana 83,3 persen pelajar SMA di Indonesia menyatakan Pancasila bukan ideologi final dan dapat diganti, memantik keprihatinan mendalam dan dianggap sebagai ‘Darurat Kebangsaan’. Angka ini bagaikan alarm keras yang mengancam fondasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menyikapi kondisi kritis ini, berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Kediri menggelar aksi nyata. Sebuah acara spiritual dan intelektual bertajuk “Darurat 83,3% Generasi Muda Tak Paham Kebangsaan” dihelat dalam rangka Tasyakuran Hari Sumpah Pemuda ke-97 dan Peringatan Lahirnya Lagu Indonesia Raya Tiga Stanza.
Acara yang dipusatkan di lokasi bersejarah, Situs Persada Soekarno, Ndalem Pojok, Kecamatan Wates, pada Senin malam, 27 Oktober 2025, ini menjadi seruan kolektif untuk menyalakan kembali api persatuan bangsa.
”Bila Pancasila Diganti, Bubarlah NKRI!”
Ketua Panitia Penyelenggara, Hendra Wijanarko, menegaskan bahwa hasil survei tersebut bukan sekadar statistik, melainkan “peringatan keras bagi bangsa Indonesia.”
”Sebanyak 83,3 persen pelajar SMA menyatakan Pancasila bukan ideologi final. Ini bukan sekadar angka, tetapi alarm kebangsaan. Bila Pancasila diganti, maka bubarlah NKRI,” tegas Hendra. Ia menekankan bahwa Pancasila adalah jati diri dan dasar berdirinya bangsa yang harus dipertahankan.
Sumpah Pemuda: Titik Balik Merawat Warisan Leluhur
Momen bersejarah Hari Sumpah Pemuda menjadi pijakan utama untuk membangkitkan kesadaran. Ari Halim, Lc., Aktivis Kebangsaan dari Kampung Inggris Pare, mengajak generasi muda menjadikan momentum ini sebagai titik balik untuk menjaga persatuan dalam kebhinekaan.
”Spirit merawat Pancasila sebagai warisan mahakarya leluhur bangsa harus terus diwujudkan,” ungkapnya, menekankan pentingnya meneguhkan kembali semangat persatuan di tengah perbedaan.
Doa Lintas Agama: Simbol Kebersamaan Spiritual.
Acara ini dikemas secara unik melalui Doa Lintas Agama dan Diskusi Kebangsaan, memadukan nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan. Doa lintas agama tersebut menjadi simbol kebersamaan spiritual yang mengingatkan kembali pada tekad pemuda 1928: bertumpah darah satu, berbangsa satu, berbahasa satu—Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Kediri, perwakilan lembaga pendidikan, dan tokoh dari Situs Persada Soekarno Ndalem Pojok.
Menjaga Warisan Bung Karno, Meneguhkan Pancasila
Dari Situs Persada Soekarno—tempat inspirasi kebangsaan lahir—pesan moral ini menggema: menjaga warisan Bung Karno berarti menjaga Indonesia.
Ketua Harian Situs Persada Soekarno Kediri, Kushartono, berharap kegiatan ini menjadi awal lahirnya kembali gerakan moral untuk menjaga Indonesia.
”Hari Sumpah Pemuda bukan sekadar seremoni, tetapi momen untuk menyalakan kembali api persatuan. Generasi muda harus kembali memahami siapa dirinya sebagai bangsa Indonesia,” pungkas Kushartono, mengajak seluruh pihak hadir dan berdoa bersama sebagai bukti cinta pada negeri.
Melalui kegiatan ini, diharapkan kesadaran moral, spiritual, dan kebangsaan generasi muda kembali menguat, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, demi masa depan bangsa.(Dan)







