Kediri,Montera.co.id— Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, dr. Bambang Triyono Putro, menyatakan bahwa kasus baru HIV di Kabupaten Kediri cenderung stabil dalam 3-4 tahun terakhir, berkisar di angka 250-an per tahun.
”Kasus HIV di Kabupaten Kediri setiap tahun di angka 250-an itu, kasus baru. Dari dalam 3-4 tahun terakhir, 238, 287, 264 dan sebagainya. Termasuk sampai kemarin kalau dasarnya 241,” ungkap dr. Bambang, mencatat angka 241 per minggu pertama November.
Menurutnya, angka stabil ini adalah hasil dari upaya penemuan kasus yang terus dilakukan dan penatalaksanaan sesuai standar untuk memutus mata rantai penularan.
Memperingati Hari AIDS Sedunia: Fokus pada Akses Layanan HIV
Dalam rangka Hari AIDS Sedunia yang mengambil tema “Bersama Hadapi Perubahan, Jaga Keberlanjutan Layanan HIV,” Dinkes Kabupaten Kediri menggelar seminar untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan penguatan layanan.
Tren Kasus HIV dan Populasi Kunci
Tren kasus baru HIV di Kabupaten Kediri dalam beberapa tahun terakhir (pasca-COVID) juga berada di angka yang relatif stabil, yakni sekitar 240 hingga 260 kasus baru per tahun. Namun, dr. Bambang menekankan bahwa angka ini termasuk kasus dari luar Kediri yang mengakses layanan di Kabupaten Kediri.
Saat ini, kurang lebih seribu orang sedang menjalani pengobatan HIV di Kabupaten Kediri.
Proses penemuan kasus melibatkan kemitraan dengan komunitas, termasuk populasi kunci yang berisiko tinggi seperti WPS (Wanita Pekerja Seks), LSL, dan Transgender.
Penguatan Akses Pengobatan
Saat ini, seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Kediri sudah mampu memberikan layanan testing HIV. Namun, untuk inisiasi pengobatan (Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan/PDB), saat ini baru tersedia di 21 tempat:
18 Puskesmas
3 Rumah Sakit
Dinkes menargetkan bahwa dalam beberapa bulan ke depan, semua puskesmas harus bisa melakukan inisiasi pengobatan untuk mendekatkan akses layanan kepada masyarakat.
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA)
Salah satu upaya utama pencegahan adalah melalui pemeriksaan HIV pada ibu hamil. Pemeriksaan HIV wajib dilakukan sekali sebagai bagian dari Screen ANC Terpadu.
”Selama ibunya patuh, anaknya dilahirkan negatif,” ujar dr. Bambang, menjelaskan efektivitas Program PPIA.
Ibu hamil yang terdeteksi positif harus segera mengonsumsi obat profilaksis/ARV, yang bertujuan agar bayi yang dilahirkan terhindar dari penularan.
Tantangan Stigma dan Target Ending HIV in 2030
Dinkes Kabupaten Kediri berkomitmen untuk mencapai target global Ending HIV in 2030 melalui strategi Three Zero (Tiga Zero):
Zero Infeksi Baru
Zero Kematian karena HIV (diharapkan bukan karena HIV-nya, melainkan karena infeksi oportunistik)
Zero Stigma Diskriminasi
Stigma dan Diskriminasi merupakan tantangan terbesar di aspek sosial. Dinkes menggandeng lintas sektor seperti Dinas Pendidikan untuk melakukan sosialisasi di sekolah dan madrasah, memanfaatkan momen seperti MPLS untuk memasukkan muatan edukasi HIV.
Pesan Utama kepada Masyarakat:
dr. Bambang mengimbau masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang HIV.
”HIV ini penyakit menular tapi tidak mudah menular. Kontak sosial tidak menularkan. Pemahaman masyarakat yang harus kita tingkatkan… Kita harus menegaskan komitmen untuk bersama-sama melawan epidemik HIV,” tutup dr. Bambang.(Adv/PKP/Dan/Ali)







