Kediri,montera.co.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri mencatat bahwa kinerja sektor jasa keuangan di wilayah kerjanya hingga Maret 2025 menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan positif. Hal ini ditopang oleh kondisi likuiditas yang mencukupi serta struktur permodalan yang kokoh.
Indikator pertumbuhan industri ini tidak hanya tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan, tetapi juga dari lonjakan pembiayaan perusahaan pembiayaan, naiknya kepesertaan asuransi, serta bertambahnya investor pasar modal yang terdata melalui Single Investor Identification (SID).
OJK Kediri, lewat pers rilis, Jum’at (23/5/2025) petang, menguraikan, sektor perbankan di wilayah OJK Kediri terus tumbuh positif. Pada Maret 2025, penyaluran kredit mencapai Rp88,52 triliun, naik 3,17% dibanding tahun sebelumnya, dengan lebih dari 61% di antaranya disalurkan untuk sektor UMKM.
Sebaran kredit terbesar mengalir ke sektor Perdagangan Besar dan Eceran (25,69%), disusul pembiayaan konsumsi rumah tangga non-produktif (23,33%), dan sektor Industri Pengolahan (15,49%). Rasio kredit bermasalah (NPL gross) tercatat sebesar 2,63%, masih dalam batas aman.
Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 3,62% YoY menjadi Rp103,81 triliun, yang mayoritas berasal dari produk tabungan (64,09%) dan deposito (26,14%).
Sektor bank perekonomian rakyat (BPR/BPRS) di bawah pengawasan OJK Kediri: rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sangat solid di angka 52,45%. Likuiditas juga memadai dengan cash ratio 15,78% dan LDR/FDR sebesar 106,19%.
Jumlah investor pasar modal (SID) di wilayah OJK Kediri melonjak menjadi 415.459 per Maret 2025, atau tumbuh 15,54% dibanding tahun sebelumnya. Mayoritas investor masih memilih reksadana sebagai instrumen utama, disusul kepemilikan pada saham, obligasi, sukuk korporasi, serta Surat Berharga Negara (SBN).
Pertumbuhan kepemilikan reksadana mencapai 13,42% YoY, sementara kepemilikan SBN dan saham/obligasi/sukuk masing-masing tumbuh 16,65% dan 26,07% YoY. Outstanding pembiayaan dari perusahaan pembiayaan mencapai Rp7,01 triliun per Maret 2025, naik 9,02% dibanding tahun lalu. Namun, rasio pembiayaan bermasalah (NPF gross) ikut meningkat menjadi 4,21%.
Sektor modal ventura: nilai penyertaan modal tumbuh 9,69% YoY menjadi Rp311,92 miliar. Meski sempat menghadapi tantangan, kualitas piutang membaik, terlihat dari penurunan NPF menjadi 4,30% dari 15,59% pada periode yang sama tahun lalu.
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di bawah OJK Kediri juga menunjukkan pertumbuhan. Total aset LKM per triwulan I 2025 meningkat 4,35% YoY menjadi Rp122,03 miliar. Pinjaman yang diberikan naik 2,99% YoY menjadi Rp80,59 miliar. Saat ini, terdapat 15 LKM yang aktif, terdiri atas 11 konvensional dan 4 syariah (Bank Wakaf Mikro).
Sampai April 2025, OJK Kediri menerima 470 layanan konsumen, yang terdiri dari 246 pengaduan dan 224 konsultasi/informasi. Tiga isu dominan yang dikeluhkan masyarakat meliputi restrukturisasi kredit/pembiayaan (31,28%), data SLIK (20,21%), dan kasus fraud eksternal (10%).
Sektor perbankan menjadi penyumbang terbesar layanan pengaduan (45,11%), diikuti perusahaan pembiayaan (20,43%).
Selain itu, OJK Kediri juga telah menerima 3.124 permintaan layanan SLIK, baik secara online maupun walk-in, dengan mayoritas berasal dari nasabah perorangan.
OJK Kediri juga telah menjangkau lebih dari 56 ribu masyarakat di 13 kabupaten/kota melalui 39 kegiatan edukasi keuangan hingga Mei 2025. Kegiatan tersebut mencakup:
° GERAK SYARIAH 2025 di Kediri, Ponorogo, dan Magetan.
° Talkshow Keuangan Syariah via radio di eks-Karesidenan Kediri, Jombang, dan Mojokerto.
° Interaktif edukasi digital di Instagram @ojk_kediri.
° Penyuluhan ke mahasiswa tentang pinjol ilegal dan keuangan digital.
° Program SICANTIK (Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan) di Kabupaten Kediri, bekerja sama dengan Pemkab dan PT Pegadaian.
° Rapat pleno bersama TPAKD Kota Kediri untuk mendukung pembangunan daerah yang selaras dengan visi “MAPAN”.
Dengan demikian, tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat pun meningkat berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, masing-masing mencapai 66,46% dan 80,51%, naik dari 2024 yang mencatat 65,43% dan 75,02%. (Chap/Ali)