Kediri,montera.co.id – Sejarah dan kiprah Persik di kompetisi sepakbola Indonesia penuh kejutan. Catatan prestasi klub asal Kediri ini naik turun. Namun tim berjulukan Macan Putih ini selalu mampu bertahan di tataran atas Nasional.
Tinta emas prestasi klub yang didirikan Bupati Kediri Raden Mohammad Machin pada 1950 (kakek Mas Odik-red) ini dimulai pada 2002. Menurut catatan jurnalis montera.co.id. Persik hanya butuh dua musim untuk berjuang di Divisi I. Tahun pertama, Persik dibesut almarhum Sinyo Aliandoe. Tapi musim kedua, di tangan Jaya Hartono lah Persik akhirnya promosi ke Divisi Utama 2003.
Era manager Iwan Budianto
Pada debut di kasta tertinggi itu, Manajer Tim Iwan Budianto memboyong beberapa pilar Arema. Inilah awal retaknya hubungan antara suporter Malang dan Kediri. Jatah tiga pemain asing diisi Bamidele Bob Manuel, Ebi Sukore, dan Juan Tapia dikombinasi dengan talenta lokal seperti Solekan, Musikan, dkk.
Pun begitu, jika diamati sebenarnya kekuatan Persik tak semewah klub-klubnya besar, seperti Persib dan Persija. Namun punggawa Persik bermain spartan dan militan. Karakter ini membuat Persik dilabeli Arema cabang Kediri.
Pada musim perdana, Persik masih dianggap kontestan pupuk bawang. Namun mereka menjawab dengan banyak meraih kemenangan. Terutama mereka sangat garang jika tampil di kandang dengan dukungan puluhan ribu Persikmania sebutan suporter Persik.
Jaya Hartono Sang Juru Taktik Genius
Prestasi Jaya Hartono di Persik dijuluki dengan sosok pelatih genius yang mampu meramu Persik menjadi tim kuat dengan skuad tanpa bintang ternama kala itu.
Yang mencengangkan, Persik langsung menyabet mahkota juara Divisi Utama 2003. Tiga musim berikutnya Persik kembali jadi kampiun kompetisi Indonesia.
Masa Terpuruk Persik
Setelah ditinggalkan almarhum Ketua Umum HA Maschut yang habis masa jabatannya sebagai Walikota Kediri diikuti Iwan Budianto yang pulang ke Malang, sepak terjang Persik terus menurun.
Bahkan, Persik sempat terpuruk hingga di kasta terendah, Liga 3 pada tahun 2018. Karena jiwa corsa dan kenangan prestasi cemerlang. Persik tetaplah sebuah klub yang memiliki kebanggaan dan harga diri.
Catatan fenomenal pun diukir. Dasarnya memang tim ini punya mental pemenang. Maka tiap musim Persik naik kasta dari Liga 3 tahun 2018 hingga Liga 2 tahun 2019 dengan status juara.
Campur Tangan Tuhan Lepas dari Kolaps Akibat Covid 19
Saat naik kasta ke Liga 2020, Persik mulai ada tanda-tanda kesulitan finansial untuk membiayai skuadnya. Namun beruntung, akibat Pandemi COVID-19, Liga 1 dihentikan dan Persik pun lepas dari ancaman kolaps.
Penyelamat Itu Bernama Arthur Irawan
Pada Liga 1 2021/2022, datang lah sang penyelamat, yaitu Arthur Irawan. Sebagai salah satu founder PT Astar Asia Global (PT AAG), Arthur Irawan yang hijrah dari PSS dan mengakuisisi Persik dengan status pemegang saham mayoritas.
Meski berperan ganda sebagai pemain dan pemilik, Arthur Irawan bukan lah sosok ambisius ingin segera melambungkan nama Persik. Selama tiga musim, Persik akrab bertengger di papan tengah pada klasemen akhir.
Persik si Kuda Hitam Mulai Merangsek
Pada BRI Liga 1 2024/2025, yang diikuti oleh 18 klub dan menggunakan sistem promosi dan degradasi. Persik mulai menampakkan pamor sejatinya. Sejak gong kompetisi ditabuh, tim asuhan Marcelo Rospide ini langsung bersaing di papan tengah hingga atas.
Raihan impresive, hingga pekan ke-21, Ze Valente dkk. berhasil menembus posisi elite lima besar. Bersaing dengan tim-tim besar tradisional eks Perserikatan laiknya Persib, Persebaya, Persija, dan PSM Makassar. Dalam daftar klasemen sementara liga 1. (Chap/Ali)