Blitar,Montera.co.id– Isu bencana ekologi dan masa depan lingkungan Indonesia akan dibahas secara santai namun mendalam dalam kegiatan nonton bareng (nobar) film dokumenter dan diskusi publik yang digelar di Blitar. Acara ini diinisiasi oleh MissJune Cultural Center, bekerja sama dengan Ekspedisi Indonesia Baru, serta didukung Komunitas Forum Reboan Blitar.
Kegiatan tersebut akan menghadirkan Dandhy Dwi Laksono, jurnalis investigasi, produser film dokumenter, sekaligus pendiri Watchdoc dan Ekspedisi Indonesia Baru, sebagai narasumber utama. Diskusi publik ini mengusung tema “Bencana Ekologi di Depan Mata, Kita Bisa Apa?”, yang mengajak masyarakat untuk membaca krisis lingkungan dari berbagai perspektif.
Acara dijadwalkan berlangsung pada Selasa, 23 Desember 2025, mulai pukul 15.00 WIB, bertempat di Pecel Tegal Sengon, Desa Bendo–Tugurante, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, atau sekitar 10 menit dari pusat Kota Blitar.
Selain diskusi, peserta juga akan diajak menonton sejumlah film dokumenter hasil perjalanan Ekspedisi Indonesia Baru, yang selama ini dikenal konsisten mengangkat persoalan lingkungan, sumber daya alam, konflik agraria, serta hak asasi manusia di berbagai daerah Indonesia.
Nama Watchdoc sendiri telah mendapatkan pengakuan internasional. Pada tahun 2021, Watchdoc menerima Ramon Magsaysay Award untuk kategori Emergent Leadership, serta Gwangju Prize for Human Rights dari Korea Selatan.
Penghargaan tersebut diberikan atas kontribusi Watchdoc dalam jurnalisme investigatif dan advokasi HAM melalui film dokumenter.
Menariknya, diskusi ini terbuka untuk umum, termasuk pelajar tingkat SLTP dan SLTA. Penyelenggara menilai keterlibatan generasi muda penting, mengingat merekalah yang akan menghadapi dampak krisis ekologi di masa depan.
“Ini ruang belajar bersama, agar anak-anak muda bisa memahami bahwa isu lingkungan bukan sesuatu yang jauh, tapi ada di sekitar kita,” ujar panitia.
Dalam acara ini juga tersedia buku “Reset Indonesia”, karya Dandhy Dwi Laksono, yang dapat dibeli oleh peserta dengan dua pilihan kualitas cetakan, yakni Rp185 ribu dan Rp99 ribu.
Tak hanya diskusi dan nobar, kegiatan ini akan semakin hidup dengan penampilan pembacaan puisi, musik akustik, serta musikalisasi puisi oleh anak-anak dan komunitas seni lokal.
Penyelenggara menerapkan sistem tiket sukarela, sehingga masyarakat dari berbagai kalangan dapat ikut hadir tanpa hambatan biaya.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak untuk datang, mendengarkan, bertanya, dan berbagi, sekaligus menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga bumi adalah tanggung jawab bersama.
Bagi warga Blitar dan sekitarnya, acara ini diharapkan menjadi pilihan bermakna untuk mengisi liburan dengan dialog kritis tentang alam, lingkungan, dan masa depan Indonesia.(Dan/Ali)







